Postingan

Encouragement : Pola Mendidik Melahirkan Kehebatan

Dari postingan di salah satu grup facebook saya tertarik membaca blog Guru besar UI ini. Tiba-tiba langsung terbayang satu per satu dosen di ITB khususnya Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (lebih familiar dengan Planologi) sejauh mana mendorong kapabilitas mahasiswanya untuk berkembang, memperluas wawasan dan ketajaman studi di jurusan, membentuk paradigma yang tepat, dan melahirkan kehebatan dari mahasiswa sendiri. Bagi saya, dosen atau guru disebut berhasil menjalankan profesinya ketika muridnya bisa lebih cerdas dan berwawasan dari bimbingannya. Bukan harus mengikuti jejak sang Guru/ Dosen tapi ada jejak penanaman nilai yang membekas yang menjadi bekal kesuksesan pola pikir mahasiswanya. Bukan hanya sekedar menyampaikan bahan kuliah dari slide yang dibuat, memberikan ujian dan memberi nilai 'hanya' berdasarkan apakah jawaban mahasiswa tersebut sesuai dengan yang ada di buku dan di pikiran sang dosen. Jika tidak sesuai, the only choice ya nilainya rendah.  Bagaimana maha

Karya Aktivis Negeri yang Masih Hilang

Pagi ini hasrat untuk menulis di blog sangat tinggi karena belum menulis lebih dari sebulan lalu. Sebelumnya melihat info di twiter dan tertarik pada akun seseorang yang saya rasa sangat berani menyuarakan opini mengenai isu-isu yang beredar marak di publik belakangan ini. Jadilah saya membatalkan niat menuliskan apa yang ada di kepala saya saat bangun tidur tadi karena lebih tertarik hal ini.  Pagi ini akun tersebut mengapresiasi karya Wiji Thukul , yang notabene saya tidak kenal sama sekali, bahkan namanya baru saya baca pagi ini. Jari-jari segera bergerak  menjajah keyboard menjelajah dunia maya. Sayanganya berita mengenai Beliau tidak terlalu banyak. Saya sangat tertarik untuk membagikan beberapa puisi yang dibuat oleh Beliau yang menurut saya sangat lugas, sarat makna, penggunaan analogi yang puitis tapi menusuk. Karakter sastranya sepertinya hampir sama dengan sastra lugas Iwan Fals dalam lagu-lagu kritik-nya.  Pasti banyak yang tidak begitu mengenal Wji Thukul, seorang tukan

Budaya Antre - Dominasi Kepentingan Individu

Oleh : Irene Nelvita Antri. Familiar ya kedengarannya? Dari golongan ekonomi kecil sampai kelas socialite pasti tahu dengan kata ini. Dari golongan yang tidak menempuh pendidikan sampai yang gelar pendidikannya berderet di depan dan belakang nama tahu dengan kata ini. Dari golongan yang hanya tahu bahasa sukunya selain bahasa Ibu Pertiwi sampai yang bisa lancar bahasa-bahasa tiap benua di dunia tahu dengan kata ini. Antri. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ada kata antri. Coba saja cari. Yang tepat adalah "antre". antre  /an·tre/  /antrĂ©/  1   v  berdiri berderet-deret memanjang menunggu untuk mendapat giliran (membeli karcis, mengambil ransum, membeli bensin, dsb);  2   n  antrean; Dari golongan-golongan yang ada di atas tadi, berapa persen yang salah menggunakan kosakata antre dan menggantinya dengan antri? Bahkan untuk mengenal kosa kata pun salah. Bagaimana dengan mengaplikasikannya ya.  Dari semua golongan di atas, berapa persen yang bisa benar-benar m

Mimpi dan Masa Depan

Oleh : Irene Nelvita Di tengah kepenatan bab analisis TA di jam 2 pagi ini, dan pilek yang datang menghampiri, ada keinginan untuk menuangkan gambar-gambar dan teks yang berkeliaran di kepala saat ini. Ini karena dominasi pengaruh cerita panjang dengan salah seorang terdekat mengenai perjuangan di tes Indonesia Mengajar. :D Malam ini bercerita banyak mengenai mimpi dan masa depan, permasalahan bangsa, perbedaan 4 LP, karakter orang-orang sekitar, cerita jaman sekolah dulu, cita dan harapan orang tua hingga angan ideal untuk menikmati hidup.  Hal yang paling menarik ketika membicarakan masa depan adalah bagaimana perspektif pribadi dan idealisme diri sendiri ditabrakkan dengan berbagai mimpi orang-orang terdekat di sekitar, keinginan materi yang berlimpah, karir prospektif, dan GENGSI serta AROGANSI DIRI. Buat saya, saat seperti ini adalah masa rentan, ketika dalam masa penyelesaian Tugas Akhir memiliki pikiran paralel terhadap jenjang karir yang ingin ditempuh. Mau jadi apa sete